Di tengah dominasi teknologi global, sebuah angin segar datang dari Tanah Air. Startup asal Indonesia mencuri perhatian dengan menghadirkan inovasi kecerdasan buatan (AI) yang tak hanya bisa menjawab pertanyaan layaknya teknologi Mirip ChatGPT, tetapi juga memahami dan merespons dalam bahasa daerah. Teknologi ini membuka lembaran baru bagi pemanfaatan AI yang inklusif, kontekstual, dan lebih membumi di masyarakat Indonesia.
Inovasi Lokal yang Mengglobal
Dengan lebih dari 700 bahasa daerah, Indonesia adalah negara dengan keragaman linguistik yang luar biasa. Namun, selama ini, teknologi-teknologi AI yang tersedia di pasar lebih banyak didominasi oleh bahasa asing seperti Inggris, atau dalam konteks lokal, hanya Bahasa Indonesia standar. Hal ini menyisakan jurang digital bagi jutaan masyarakat yang lebih nyaman berkomunikasi dalam bahasa ibu mereka—bahasa daerah.
Melihat tantangan sekaligus peluang ini, sebuah startup teknologi bernama NusantaraAI (nama fiktif, bisa diganti sesuai realitas) mengembangkan sebuah model AI berbasis natural language processing (NLP) yang mampu memahami konteks, nuansa, dan struktur dari berbagai bahasa daerah di Indonesia, mulai dari Jawa, Sunda, Batak, Bugis, hingga Minangkabau.
Bagaimana Cara Kerjanya?
Seperti halnya ChatGPT, teknologi buatan NusantaraAI ini dibangun di atas arsitektur language model canggih yang dilatih menggunakan data teks dari berbagai sumber lokal—cerita rakyat, berita daerah, dokumen pemerintahan, percakapan informal, hingga materi pendidikan berbahasa daerah.
Dengan kolaborasi bersama penutur asli, ahli bahasa lokal, dan universitas, startup ini mengembangkan sistem pelabelan data dan fine-tuning model agar AI dapat memahami makna kontekstual di balik kosakata lokal. Tak hanya menerjemahkan secara literal, tetapi juga menangkap maksud dan budaya yang melekat dalam tiap kalimat.
Misalnya, ketika pengguna bertanya dalam bahasa Jawa halus seperti, “Kulo nyuwun tulung, piye carane damel surat lamaran kerja?”, AI ini dapat memahami dan merespons dengan sopan dan tepat, dalam bahasa Jawa atau Indonesia sesuai pilihan pengguna.
Manfaat Luas Bagi Pendidikan, UMKM, dan Pemerintahan Desa
Kehadiran teknologi Mirip ChatGPT yang mengerti bahasa daerah bukan hanya tentang kecanggihan teknologi. Ini adalah soal inklusi digital. Di banyak daerah, terutama pedesaan, warga masih belum terbiasa dengan bahasa Indonesia formal, apalagi bahasa Inggris. Teknologi ini memungkinkan mereka berinteraksi dengan sistem digital secara alami, tanpa rasa canggung atau kesulitan bahasa.
Di sektor pendidikan, siswa dan guru di daerah bisa mengakses asisten virtual berbahasa lokal untuk membantu belajar, mengerjakan tugas, atau memahami konsep-konsep penting dengan lebih mudah. Di sektor UMKM, pelaku usaha kecil bisa bertanya tentang strategi pemasaran, pencatatan keuangan, atau penggunaan platform digital dalam bahasa yang mereka pahami.
Pemerintah daerah pun bisa memanfaatkan teknologi ini dalam layanan publik digital, seperti pembuatan surat, informasi bantuan sosial, atau pengaduan warga, dengan antarmuka yang lebih bersahabat.
artikel lainnya : Transformasi Digital di Pedesaan, Teknologi sebagai Sahabat Desa
Tantangan yang Dihadapi
Meski menjanjikan, perjalanan membangun AI yang paham bahasa daerah tidak mudah. Tantangan terbesar adalah minimnya data digital berbahasa lokal, serta kompleksitas linguistik yang tinggi. Setiap bahasa daerah memiliki dialek, tingkat kesopanan, dan konteks budaya yang berbeda.
Namun, NusantaraAI tidak menyerah. Mereka menggandeng komunitas lokal dan peneliti untuk melakukan crowdsourcing data, serta mengembangkan pendekatan model AI yang adaptif terhadap perubahan konteks dan dialek.
Selain itu, dari sisi adopsi, edukasi terhadap masyarakat tentang cara menggunakan teknologi AI secara aman dan bijak juga menjadi prioritas. Keamanan data dan penyalahgunaan konten tetap harus dijaga.
Menuju Kemandirian Teknologi Nasional
Inovasi seperti ini menjadi simbol bahwa bangsa Indonesia mampu membangun teknologi sendiri, berdasarkan kebutuhan dan kekayaan lokal, bukan hanya meniru teknologi luar. Lebih dari sekadar menyaingi ChatGPT, proyek AI berbahasa daerah ini menjadi langkah awal menuju kemandirian digital yang menyeluruh.
Pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), diharapkan dapat memberikan dukungan konkret—baik dalam bentuk regulasi, pendanaan, maupun kolaborasi riset—untuk mendorong pertumbuhan startup teknologi seperti NusantaraAI.
Penutup: Ketika AI Bicara Seperti Kita
Bayangkan masa depan di mana nenek di desa bisa bertanya tentang pengobatan herbal melalui AI dengan bahasa Bugis, atau anak sekolah di NTT bisa belajar matematika dengan AI dalam bahasa Sabu. Teknologi ini bukan sekadar alat, melainkan jembatan penghubung antar budaya, generasi, dan potensi bangsa.
Dengan semangat gotong royong, lokalitas, dan teknologi, AI buatan anak bangsa ini bukan hanya membuat kita bangga, tapi juga membuka jalan menuju masa depan digital yang lebih adil, merata, dan membumi.